Ramadhan “Berburu Laila Menggapai Alfi”

Imam Syafi’i, M.Kom.I
(Dosen KPI IKHAC Mojokerto)
Judul di atas merupakan sebuah upaya untuk memperoleh keutamaan ibadah seribu bulan yaitu pada malam lailatul qodar. Untuk mendapatkan “malam” ini diperlukan adanya upaya tersendiri salah satunya adalah senantiasa konsisten dalam melakukan amal shaleh lebih tepatnya dari awal hingga akhir ramadhan. Akan tetapi wacana ini terkadang terbalik dengan realita yang terjadi di masyarakat kita. Sering kita saksikan bahwa orang-orang berbondong-bondong ke masjid ramai pada awal ramadhan (untuk melakukan tarawih) akan tetapi hal tersebut tidak berjalan lama, pada pertengahan Ramadhan shof masjid jamaah orang-orang semakin maju ke depan, jamaah masjid yang mengikuti shalat tarawih sudah mulai berkurang. Orang-orang bukan semakin ramai memenuhi masjid untuk beribadah namun mulai ramai di pasar dan mall-mall demi menyambut datangnya hari raya Idhul Fitri.
Berbicara masalah lailatul qodar al Imam Iz bin Abdissalam menyebutkan dalam kitabnya Maqosidu al Saum pada halaman 20 beliau mengungkapkan bahwa “ malam lailatul Qodar adalah malam yang mulia, Allah SWT memberikan keutamaan terhadap malam ini yaitu setara dengan seribu bulan, yang hal ini tidak bisa didapatkan pada bulan lain selain pada bulan ramadhan. Al Imam iz bin Abdissalam melanjutkan bahwa malam itu disebut dengan malam lailatul qodar, karena kemulian dan tingginya malam tersebut. Kata qodar diambil dari bahasa Arab yang artinya adalah ketentuan Allah SWT, maka pada malam itu juga telah ditentukan oleh Allah SWT terkait rezeki kita dan ajal kita.
Al Imam Al Iz melanjutkan bahwa para malaikat dan ruh (malaikat Jibril) turun pada malam itu. Para Malaikat itu mendoakan keselamatan kepada orang-orang yang bersungguh-sunguh dalam beribadah kepada Allah SWT. Karena pada malam itu ibarat hari besar (Idun) maka Allah SWT pun memberikan salam (doa) kepada orang orang yang bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam itu. Hal ini tentunya tiada lain disebabkan adanya malam tersebut mempunyai keutamaan yang sangat luar biasa, yaitu lebih utama dari seribu bulan. Oleh sebab itu perlu kiranya adanya orang-orang yang memburu malam lailatul tersebut betul betul giat dan semangat. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh baginda nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya serta orang-orang shaleh yang setelah beliau.
Ditegaskan lagi bahwa yang dimaksud waktu tersebut adalah sepuluh terakhir dari bulan Romadhan ( tanggal 21 kebawah), karena tepatnya tanggal tersebut Rasulullah SAW melihat sendiri adanya malam lailatul qodar. Disebutkan juga bahwa pada malam tersebut Rasulullah SAW memperbanyak sujud, hal tersebut disaksikan oleh para sahabat bahwa ada bekas debu pada dahi dan hidung Rasulullah SAW pada pagi harinya. Dikabarkan juga bahwa rembulan pada malam tersebut seperti separuhnya mangkok . Tentunya hal ini tidak akan terjadi kecuali pada malam ketujuh dan malam ke dua pulu satu dari malam Romadhan.
Adapun termasuk sebagian dari keutamaan malam tersebut ( Lailatul Qodar) adalah sesungguhnya orang yang beribadah pada malam tersebut sebab iman dan berharap pahala hanya karena Allah SWT maka Allah SWT akan mengampuni dosa orang tersebut yang telah lampau. Dasar yang menjadi dalil dari yang dituturkan oleh Al Imam Iz bin Abdissalam adalah sabda Nabi yang artinya “Aku diperlihatkan dengan malam lailatul qodar kemudian aku membangunkan keluargaku, maka kemuadian mereka (keluarganya) memburu malam lailatul qodar tersebut di hari sepuluh terakhir yang tersisa.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya “hendaklah mencari Lailatul Qodar kalian tepatnya pada malam-malam ganjil di sepuluh terakhir bulan ramadhan.”Para sahabat pernah diceritakan terkait malam lailatul qodar tersebut. Kata baginda nabi juga bahwa “ Barang siapa yang mencari malam lailatul qodar maka hendaknya dia (hamba) memburunya tatkala rembulan seperti separuh mangkok. Rasulullah SAW mengesahkan terkait pencarian dan keutamaan malam lailatul qodar tersebut dengan sabdanya bahwa “Barang siapa yang beribadah pada malam lailatul Qodar karena iman dan mengharap-harap pahala maka orang tersebut akan diampuni oleh Allah SWT dosa-dosanya yang telah lampau”.
Menurut pendapat yang lain malam lailatul qodar ini terjadi pada 17 Romadhan, 21 Romadhan, 24 Romadhan dan malam-malam ganjil tepatnya pada 10 terakhir. Jadi pada intinya tidak ditentukan kapan kepastianya. Maka hikmah yang bisa dipetik dari hal ini adalah agar kita menjadi seorang hamba Allah SWT yang senantiasa semangat dan konsisten didalam beribadah kepada Allah SWT. Jika tanggal malam lailatul qodar ini ditentukan tanggal kepastiannya maka orang-orang akan hanya memaksimalkan ibadah pada malam tanggal tersebut sedangkan pada tanggal lain dia akan menyia-nyiakannya, tentu hal ini tidak diinginkan oleh baginda nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya perlu kiranya diperhatikan adapun beberapa hal yang disunnahkan bagi orang yang menjumpai malam tersebut (malam lailatul Qodar) yaitu harus senantiasa memperbanyak memuji dan berdoa kepada Allah SWT adapun doa yang perlu diperbanyak dipanjatkan pada malam tersebut adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh al imam al Iz bin Abdissalam yaitu :
: اللهم إنك عفو كريم تحب العفو، فاعف عني
Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha Memaafkan lagi Maha Dermawan, mencintai kemaafan. Maka maafkanlah diriku.
Doa yang diajarkan oleh nabi diatas mengajarkan kita sebelum meminta Sesutu kepada Allah SWT untuk memuji terlebih dahulu, sebab hal itu akan mewariskan kecintaan Allah SWT kepada seorang hamba. Bahkan pada firman yang lain Allah SWT menyatakan orang yang hanya sibuk untuk memuji, mengingat Allah SWT dia (Allah SWT ) akan memberikan Sesutu yang lebih pada hamba orang tersebut. Bunyi dari sabda tersebut sesuai dengan firman Allah SWT yang tertuang dalam hadis Qudsinya yang mempunyai arti bahwa “ Barang siapa yang menyibukkan dirinya dari mengingat aku dari pada meminta-minta kepada aku maka aku akan memberi sesutu kepada orang tersebut dengan sebaik-baiknya pemberian sebagaimana aku berikan kepada orang yang meminta kepada aku”.
Jadi begitulah seputar malam lailatul qodar dan bagaimana kisah nabi yang bersungguh-sungguh beribada kepada Alah SWT pada malam tersebut. Satu kata kunci yang bisa kita implemantasikan untuk mendapatkan Al fi Syahrin yaitu senantiasa istiqomah didalam menghidupkan malam-malam Romadhan..
Wallahu a’lam
Imam safi’i. Allumni pondok pesantren Nurul Huda kapongan Situbondo. Penulis Salah satu tenaga edukatif di Pondok pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto yang diasuh oleh KH. Asep saifuddin Chalim.