News

Tingkatkan SDM, Pascasarjana Gelar Seminar Nasional

MOJOKERTO, BIDIK – Pascasarjana Institut Pesantren KH. Abdul Chalim (IKHAC) gelar Seminar Nasional dengan tema ‘Problematika Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama dan Solusinya’ bertempat di Aula pada Sabtu, (27/03/21).

Pembicara utama dalam seminar kali ini Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI beliau adalah Prof. Dr. H. Suyitno, M.Ag. Turut hadir Rektor Institut Pesantren KH Abdul Chalim Dr. KH Mauhibur Rokhman, Lc., MIRKH serta segenap civitas akademika, Dr. H. Gatot Sujono, MA (wakil rektor 2), Dr. Affan Hasnan, M.Pd (wakil rektor 3), dan Dr. H. Zakariyah, M.Pd.I (wakil rektor 4), Dr. Rudolf Chrysoekamto, M.Si (Asdir Pascasarjana), dosen-dosen Pascasarjana diantaranya Dr. H. Masyhadi, M.Ag, Dr. Rahmat, M.Pd.I, D. Sigit Priyo Sembodo, M.S1, dan Dr. Abu Darim, M.Pd, M.Si.

Dihadapan para mahasiswa S1 dan S2 Institut Pesantren KH Abdul Chalim, Prof. Suyitno menyampaikan bahwa halaqah ini telah lama diagendakan namun akhirnya terlaksana meskipun bertepatan dengan kegiatan Seminar Nasional dan Rapat Koordinasi (Rakor) Pimpinan PTKIN Persemakmuran ex-IAIN Sunan Ampel yang IAIN Madura menjadi tuan rumah yang dilakukan tanggal 26-28 Maret.

Terdapat beberapa point yang diutarakan oleh Prof. Suyitno yaitu, Pertama Dalam sebuah Perguruan Tinggi harus memiliki visi yang jelas. Visi menurut beliau adalah mimpi yang besar. Visi Yayasan, Rektor, Wakil rektor, Dekan, KaProdi hingga tukang sapu harus sama dan linier. Karena hanya dengan demikianlah maka kemudian perguruan tinggi tersebut boleh bermimpi besar, yang semula perguruan tinggi biasa saja menjadi perguruan tinggi berbasis entrepreneur, kemudian naik level menjadi perguruan tinggi berbasis research dan akhirnya menjadi world class university.

Kedua, selain visi beliau juga menyoroti terkait akreditasi. Menurut beliau akreditasi sebagai jaminan bahwa perguruan tinggi tersebut bermutu. Analogi Prof Suyitno, mutu terambil dari suku kata maata – yamuutu – mautan (مات – يموت – موتا) sehingga akreditasi bagi beliau adalah ‘harga mati’ tidak dapat ditawar-tawar harus unggul (A). Ketiga, beliau sangat mengapresiasi Pascasarjana Institut Pesantren KH Abdul Chalim yang telah membuka program doktoral Pendidikan Agama Islam. Namun, catatan beliau yakni, S3 Pendidikan Agama Islam (PAI) ini harus memiliki ciri khas yang membedakan dengan Program S3 PAI perguruan tinggi lain. Kabar terbaru dari Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB IKHAC 2021) Program S3 PAI sudah dibuka dengan besaran biaya Rp. 4.500.000 juta persemesternya serta biaya formulir perdaftaran Rp. 375.000 dengan fasilitas asrama bagi mahasiswa doktor yang berasal dari luar kota, luar pulau maupun luar negeri.

Di akhir halaqah, Prof. Dr. KH Asep Saifuddin Chalim, M.Ag selaku pengasuh pondok pesantren Amanatul Ummah dalam sambutannya mengutip sebuah hadits,

 إنَّ اللهَ تعالى يُحِبُّ مَعاليَ الأُمورِ ، و أَشرافَها ، و يَكرَهُ سَفْسافَها

Artinya: sesungguhnya Allah yang maha luhur mencintai perkara (cita-cita) yang tinggi, bahkan yang paling mulia sekalipun serta Allah SWT membenci hal-hal yang remeh (cita-cita yang biasa-biasa).

Kiayi Asep merupkan sosok yang sangat visioner yang dengan sifat khasnya tersebut membuat Prof Suyitno secara terbuka mengungkapkan kekagumannya kepada sosok Kiyai milyuner tersebut. Telah menjadi maklum, Kiyai Asep berhasil membangun pondok dan madrasah berkelas dunia dengan segudang pengakuan dari berbagai lembaga penghargaan. Dan 2 (dua) tahun kedepan beliau berencana mendirikan perguruan tinggi Internasional sepanjang 2 (dua) KM yang menyambungkan Institut Pesantren KH Abdul Chalim dengan pondok pesantren Amanatul Ummah yang memang kedua lembaga tersebut berjarak dua kilo meter. Kemudian sebagai penutup, Kiyai Asep membacakan doa teruntuk kelancaran dan kesuksesan perguruan tinggi bangsa Indonesia dan umat Islam pada umumnya yang kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama serta ramah tamah.(*)