HIMAPRODI PIAUD gelar Webinar Nasional Welly Suryandoko : “Seni Dan Digitalisasi, Jebakan, Ancaman, Atau Penyesuaian?”
MOJOKERTO, BIDIK – Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (HIMAPRODI PIAUD), Institut KH. Abdul Chalim (IKHAC) mengadakan webinar nasional dengan tema “Seni dan Anak- anak”, pada Rabu (6/11/2021).
Pada kesempatan tersebut Welly Suryandoko selaku pemateri, menyampaikan bahwa, anak merupakan generasi emas, sehingga membutuhkan kemampuan untuk menempah emas batangan menjadi perhiasan yang indah. Lahirnya perilaku baru dari anak, seperti individualis, hedonis, egois dan candu teknologi bermula dari peran orang tua dan lingkungan.
Welly Suryandoko juga menyampaikan bahwa “Dewasa ini Makna sentuhan ibu terwakilkan oleh benda dan oleh era bernama digitalisasi, aktivitas – aktivitas implus seni yang didapatkan sejak dalam kandungan diwakilkan oleh benda produk digitalisasi, maka perlunya orangtua melihat perspektif seni bagi anak ditengah ekosistem manusia modern.” Ujar pemateri tersebut.
Ekosistem seni bagi anak, Welly Suryandoko membaginya menjadi dua bagian , yakni ekosistem kebiasaan , anak belajar melalui bermain, observasi, eksplorasi, imitasi dan melalui seni. Dan aktivitas seni, Seni membutuhkan pengalaman, puisi dan bernyanyi membantu anak untuk mengingat banyak hal, mewarnai membantu anak mengingat berbagai bentuk, dan gerak membantu anak mengingat jarak, waktu dan arah.
Welly menyampaikan ada empat fungsi seni bagi anak diantaranya adalah fungsi ekspresi , pengembangan bakat, komunikasi, dan kreativitas.
“Dalam perspektif ekosistem seni bagi anak perlu pula melihat fungsi seni bagi anak usia dini yang memiliki empat fungsi utama agar dapat mengekspresikan diri, mengkomunikasikan pikiran, mengembankan bakat (trait), serta berkreasi sesuai kemampuan dan perkembangan mental dan fisik”, ujar Welly Suryandoko.
Banyak hal yang perlu di waspadai dari media digital, seperti jebakan, ancaman, revolusi digital dan conversi digital. sayangnya, tidak semua Pendidik, orang tua dan masyarakat memahami atau bahkan memiliki keterampilan dalam penggunaan media digital , Ketidakpahaman inilah yang melahirkan persoalan dalam penggunaan media digital bagi anak-anak.
Berdasarkan data yang ditampilkan oleh pemateri, tingkat membangkitkan sensasi dan naluri bagi anak di media digital 70 persen di kuasai oleh acara hiburan seperti komedi, gosip selebriti, sinetron, game, musik dan kartun, sedangkan 20 persennya berada di acara warta berita, talkshow, acara agama dan breaking news dan 10 persen nya berada di program pendidikan, dunia ilmu pengetahuan, eksperimental dan dokumentasi sejarah.
Welly juga menjelaskan beberapa permasalahan bagi anak di dunia digital,seperti misalnya adiksi penggunaan gadget, adiksi terhadap game, cyber crime, cyber bullying dan adiksi pornografi di dunia cyber.
Dengan demikian penting bagi orangtua untuk mengetahui Skema penyesuaian anak terhadap dunia digital.
Welly menggambarkan skema penyesuaian ini dengan pola segitiga, yang mana di ketiga sudutnya disi dengan seni, ilmu pengetahuan dan digitalisasi, sedangkan ruang dari segitiga digambarkan dengan ruang gelap yakni lembah hitam ataupun dampak negatif dunia digital bagi anak.
“ penting bagi orang tua untuk menguasai dan memahami dari ketiga hal ini yakni seni, ilmu pengetahuan dan digitalisasi, karena jika satu saja tidak dikuasi ataupun orang tua hanya mumpuni di dua hal dan satunya tidak, misalnya orangtua memahami seni dan ilmu pengetahuan tapi tidak memahami digitalisasi tetap saja anak – anak akan terjerumus kedalam ruang gelap ini yaitu hal negatif yang ditimbulkan dari dunia digital ini” pungkas Welly diakhir penyampaiannya.
Khoirunnisah selaku ketua HIMA PRODI PIAUD, saat diwawancarai menyampaikan bahwa acara ini berangkat dari kesadaran para penyelenggara tentang keunikan yang dimiliki anak usia dini, dan pentingnya peran seni dalam pengembangan pribadi anak di era digital ini.
“Karena kita semua sadar kalo anak usia dini itu pribadi yang unik, mereka punya kemampuan dan kebutuhan yang berbeda dari orang dewasa. Salah satunya itu, kebutuhan mengekspresikan diri mereka. Nah, seni ini bisa membantu anak-anak dalam mengekspresikan dan menyatakan diri mereka, kita tahu bahwa anak itu manusia yang paling jujur. Berangkat dari itu, kita sadar bahwa seni ini memberikan banyak kontribusi bagi segala aspek perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu, kita coba mengadakan acara ini. Dimana di dalamnya kita mengkaji seputar bagaimana keadaan seni dan anak-anak pada era digital ini. Kita merasa kalau seni jika dibahas itu tidak akan ada habisnya, ditambah adanya perkembangan zaman tentu akan membuat diskusi mengenai ini menjadi sangat menarik untuk dibahas bersama. Dan kita juga langsung dibersamai oleh orang-orang yang memang ahli di bidang seni. Jadi, pembahasan kita tentu terarah dan jelas”, ujar Chairunnisa.
Diakhir wawancara, Chairunnisa juga menyampaikan harapannya tentang pelaksanaan acara webinar nasional ini
“Harapannya ya semoga dengan adanya webinar seni dan anak-anak ini bisa memberikan wawasan baru bagi kita semua. Khususnya juga bagi teman-teman yang memang nantinya akan menjadi seseorang yang berkuntribusi dalam membangun bangsa lewat didikannya kepada anak-anak di masa depan. Kita juga berharap, ke depannya teman-teman bisa mengingat bahwa memang penting membantu anak dalam pembelajaran. Namun, di sisi lain kita juga punya tanggung jawab untuk membantu anak supaya soft skill mereka juga bisa berkembang beriringan dengan hard skillnya” Pungkas Chairunnisa, diakhir sesi wawancara.
Acara webinar nasional ini diikuti oleh 60 peserta, yang diselenggarakan melalui aplikasi Zoom Meeting, yang dimulai pada pukul 10:00 wib sampai selesai. (Kem/Rbt)