ICoRCs ke-4: Maha Guru Ilmu Tasawuf dan Sunni Universitas Al-Azhar Mesir Bahas Peran Tasawuf dalam Menyebarkan Toleransi
Mojokerto, Bidik – Universitas KH Abdul Chalim (UAC) Mojokerto sukses menyelenggarakan 4th International Conference on Research and Community Service (ICoRCs) pada Kamis (30/01/2025) di Masjid Kampus UAC. Acara ini dihadiri oleh akademisi dan beberapa ulama serta guru besar Universitas Al-Azhar, Kairo untuk membahas isu-isu keislaman dan pengabdian kepada masyarakat.
Dalam kesempatan ini, Syeikh Prof.Dr.Muhammad Abdul Somad Al-Muhanna menyampaikan rasa terima kasih kepada pengasuh pondok pesantren Amanatul Ummah, Rektor UAC, Gubernur Jawa Timur terpilih, serta seluruh partisipan dan hadirin yang telah turut menyukseskan ICoRCs ke-4.
Prof. Dr. Muhammad Abdul Somad Al-Muhanna,dalam penyampaiannya beliau menekankan pentingnya metode penelitian dalam Islam. Menurutnya, penelitian tidak sekadar menyusun makalah, tetapi harus dimulai dengan identifikasi masalah, penggunaan metode penelitian yang tepat, serta mengikuti alur pemikiran yang sistematis.
Beliau juga menegaskan bahwa dalam Islam, penelitian memiliki akar dari tradisi para sahabat Nabi. Sebagai contoh, ketika menghadapi masalah hadits-hadits palsu, para ulama merumuskan ilmu mustalah hadits untuk menyelesaikan problem tersebut. Ulama ushul kemudian mengembangkan metodologi dalam mengkaji teks-teks agama, sementara kemunculan ilmu kalam atau akidah terjadi sebagai respons terhadap filsafat yang berusaha merusak ilmu-ilmu Islam.
Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Muhammad Abdul Somad Al-Muhanna menyoroti peran tasawuf dalam menyebarkan toleransi di masyarakat. Beliau menegaskan bahwa toleransi harus didasarkan pada pemahaman kondisi zaman.
“Orang yang arif adalah mereka yang memahami kondisi zamannya,” tegasnya.
Beliau juga mengungkapkan bahwa salah satu tantangan terbesar saat ini adalah sikap sombong dan keras di dunia Barat, yang memicu perlunya pemahaman tentang tasawuf dalam membangun toleransi. Materialisme disebut sebagai faktor utama yang menjauhkan manusia dari sikap tasamuh (toleransi), karena dapat menyebabkan perpecahan, peperangan, dan kontradiksi.
Namun, dalam praktiknya, menerapkan sikap tasamuh tidaklah mudah, terutama karena masyarakat Barat tetap berpegang teguh pada sudut pandangnya sendiri. Mereka hanya mengakui peradaban mereka sendiri dan tidak memiliki pemahaman kemanusiaan yang inklusif, sehingga sulit menerapkan toleransi yang sesungguhnya.
Menurut Prof. Dr. Muhammad Abdul Somad Al-Muhanna, toleransi dalam Islam memiliki empat pilar utama,yaitu tasamuh (toleransi), al-wasathiyah (moderasi), fiqh ikhtilaf (memahami perbedaan) dan rasa cinta yang didasari pada iman.
Keempat aspek ini menjadi landasan utama dalam menciptakan masyarakat yang damai dan toleran.
Di akhir penjelasan,beliau mengungkapkan bahwasanya perbedaan antara mazhab fiqh,tasawuf dan akidah sebenarnya hanya terletak pada cara pandang dalam menggunakan metode ilmiah. Namun,masalah yang ada saat ini adalah perpecahan di kalangan umat Islam yang mana saat ini banyak yang tidak lagi mengikuti metode para ulama terdahulu,melainkan lebih cenderung menggunakan pemahaman individualisme.
Dengan berlangsungnya ICoRCs ke-4,Universitas KH.Abdul Chalim berharap seminar ini dapat menjadi wadah bagi akademisi dan ulama untuk berdiskusi serta merumuskan solusi bagi tantangan zaman,terutama dalam membangun peradaban yang lebih damai dan toleran. (ni)