Sesi 3 Wisuda VI UAC Berlangsung Khidmat, Tokoh Nasional Tekankan Pentingnya Ilmu dan Kompetensi Global
Mojokerto, Bidik – Universitas KH. Abdul Chalim (UAC) Mojokerto, menggelar Sesi 3 Wisuda ke-VI pada Minggu, (21/09/2025) pukul 19.45 WIB. Prosesi akademik ini diikuti oleh 28 wisudawan dari Fakultas Syariah, 20 wisudawan dari Fakultas Dakwah dan Ushuluddin, 65 wisudawan dari Fakultas Tarbiyah, serta 149 wisudawan dari Program Pascasarjana.

Acara wisuda dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, antara lain Rektor Dr. Mauhiburrohman, Lc., MIRKH., para wakil rektor, direktur pascasarjana, serta perwakilan dekan dari berbagai fakultas. Kehadiran mereka menjadi bentuk dukungan dan penghormatan atas capaian para wisudawan.
Turut hadir pula sejumlah tamu undangan kehormatan, di antaranya Direktur Sejarah dan Permuseuman Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia Prof. Agus Muliana, M.Hum., Sekretaris Jenderal OPOP (One Pesantren One Product) Gus Muhammad Ghofirin, Syekh Ahmad Mabruk, Syekh Dr. Faruj Muhammad Muhammad Salim, serta Syekh Dr. Umar Siddiq dari Sudan.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. KH. Asep Saefudin Chalim, M.Ag., Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah sekaligus Pembina UAC Mojokerto, menegaskan bahwa wisuda bukan sekadar pencapaian formalitas. Menurutnya, status akademik hanyalah permulaan, sedangkan ilmu merupakan kunci kemuliaan di hadapan Allah SWT.
“Perlu kalian ketahui, sebelum diwisuda hari ini kalian telah melalui banyak jenjang kelulusan. Namun, apakah semua itu cukup untuk menjadi kebanggaan? Tidak. Karena hakikatnya yang membawa kalian memiliki ketinggian di hadapan Allah adalah keilmuannya, bukan statusnya. Maka sempurnakanlah status kalian dengan ilmu. Jangan pernah berhenti untuk terus menyempurnakan keilmuan kalian,” tuturnya.
Sementara itu, Prof. Agus Muliana, M.Hum., Direktur Sejarah dan Permuseuman di Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, menyoroti tantangan besar di era digitalisasi, disrupsi, dan globalisasi. Menurutnya, perkembangan zaman telah menghapus sekat-sekat ruang fisik sehingga generasi muda harus membekali diri dengan kompetensi yang relevan.
“Ada sebuah tantangan yang berat bagi kita. Satu sisi menjadi tantangan, dan satu sisi menjadi peluang. Dengan era globalisasi, ruang-ruang fisik geografi sudah tidak ada sekatnya,” ujarnya.
Prof. Agus menekankan pentingnya keterampilan abad 21, yang meliputi learning and innovation skills: berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity), kolaborasi (collaboration), dan komunikasi (communication). Selain itu, ia juga menegaskan perlunya keterampilan literasi, khususnya literasi digital dan informasi.

“Pengetahuan akademik hanya akan memberikan 30 persen dari masa depan seseorang. Selebihnya, ditentukan oleh keterampilan dalam berpikir, berinovasi, berkolaborasi, berkomunikasi, serta kemampuan literasi. Semua itu menjadi bekal penting untuk menghadapi dunia yang tanpa batas ini,” pungkasnya. (afm/wpu)